Kamis, 19 Juli 2012

Gotong Royong dalam Membangun Ekonomi dalam Tatanan Masyarakat Bawah



Setelah Islam datang, ikatan akidah merubah sistem ini menjadi sistem persaudaraan, gotong royong dan saling membantu. Islam sangat menekankan sisi persaudaraan sesama Muslim dalam memperkuat keutuhan masyarakatnya, terutama dalam bidang ekonomi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menekankan pentingnya arti persaudaraan dalam Islam dan semangat untuk ta’âwun (tolong menolong). Sebagai contoh, persaudaraan yang diikat antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Ketika kaum Muhajirin berhijrah dari Mekah ke Madinah, mereka menghadapi problematika sosial dan ekonomi, berkaitan dengan kelangsungan hidup, mata pencaharian dan tempat tinggal.
Kaum Muhajirin tidak memiliki modal, sebab seluruh harta mereka sudah ditinggalkan. Mereka juga tidak memiliki lahan pertanian di Madinah. Bahkan mereka juga tidak berpengalaman di bidang pertanian Maka, ketika kaum Anshar menawarkan agar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membagi kebun kurma mereka untuk kaum Muhajirin, beliau menolaknya. Karena beliau takut hasil pertanian Madinah menurun karenanya. Akhirnya kaum Anshar tetap memiliki kebun mereka, namun hasilnya dinikmati bersama.
Kaum Anshar pun rela menghibahkan rumah-rumah mereka kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun beliau menolaknya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membangun rumah-rumah untuk kaum Muhajirin di areal tanah yang dihibahkan oleh kaum Anshar dan di areal tanah yang tak bertuan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengembangkan dua sektor yang sangat penting untuk mendongkrak perekonomian Madinah, yaitu sektor perdagangan dan sektor agrarian (pertanian dan perkebunan). Seperti yang digambarkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu :

إِنَّ إخْوَانَنَا مِنَ الْمُهَا جِرِيْنَ كَانَ يَشْغَلُهُمُ الصَّفْقُ بِالأَسْوَاقِ، وِإِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ الأَنْصَارِ كَانَ يَشْغَلُهُمُ الْعَمَلُ فِى أَمْوَالِهِمْ
Sesungguhnya rekan-rekan kita dari kalangan Muhajirin sibuk mengurusi perdagangan mereka di pasar dan rekan-rekan kita dari kalangan Anshar sibuk mengelola harta mereka. Yakni sibuk bercocok tanam.
Kaum hartawan dan kaum dhu’afâ‘ sama-sama berjuang dalam satu barisan. Sebab akidah Islam menentang keras adanya pertikaian antar golongan sosial dalam masyarakat. Islam mempersaudarakan antara kaum hartawan dan fakir miskin, merapatkan barisan untuk menyambut panggilan jihad. Inilah bentuk masyarakat Muslim di Madinah yang dibina langsung oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk saling berta’awun (bekerja sama) di dalam kebajikan dan ketakwaan, dan melarang dari saling berta’awun di dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman.
“Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” [Al-Ma’idah : 2]
Gotong royong (kerja Sama) bukan “barang baru” bagi masyarakat Indonesia. Setiap sukubangsa mengenalnya dengan istilah yang berbeda. Orang Batak menyebutnya “Dalihan Na Tolu”; Orang Makassar menyebutnya “Mapalus”; Orang Lampung menyebutnya “Nemui Nyimah”; Orang Trunyan (Bali) menyebutnya “Sekaha”; Orang Kepulauan Kei (Maluku Tenggara) menyebutnya “Masohi”; Orang Jawa menyebutnya “Sambatan”; dan masih banyak sebutan lain yang ditujukan kepada gotong-royong, mengingat jumlah sukubangsa yang ada di Indonesia, baik yang sudah maju maupun yang masih diupayakan untuk berkembang (masyarakat terasing), lebih dari 500 sukubangsa (Melalatoa, 1985).
Gotong royong dalam pembangunan ekonomi Masyarakat yang dapat dilaksanakan dalam masyarakat:
1.      Membangun perekonomian bersama
Untuk membangun perekonomian agar tidak adanya fakir miskin maka diperlukan gotong royong. Gotong royong ini dilakukan dengan cara penyaluran modal usaha (berupa dana atau tenaga), peningkatan keahlian masyarakat, pemasaran prodak,  dan pembimbingan usaha. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh masyarakat yang kaya, namun dibutuhkan orang yang mempunyai keahlian dalam meningkatkan produktivitas masyarakat, dan masyarakat sekitar. Artinya disini tidak hanya dibutuhkan orang yang menyedekahkan harta/modal tetapi dibutuhkan orang yang mampu mengelola mengembangkan harta sedekah/modal.
Contohnya: membentuk koperasi yang mana koperasi tersebut bisa meminjamkan modal tanpa ada tambahan untuk mengembalikan, memberi pelatihan usaha, dan pembimbingan pemasaran prodak. Yang selanjutnya gotong royong untuk menanam dan memanen hasil pertanian.
2.      Membangun sarana-prasana public
Dalam melancarkan perekonomian diperlukan sarana-prasarana public, seperti jalan, jembatan, masjid, pos ronda, dll. Tanpa adanya sarana public perekonomian masyarakat tertunda. Dalam hal ini masyarakat tidak bisa mengabaikan karena bila tidak terjaga atau membangun sarana public maka perekonomian masyarakat akan terhambat. Salah satu contoh membangun jalan atau merawat jalan agar tidak rusak, ronda secara bergiliran.
3.      Meningkatkan pendidikan dengan pola gotong royong
Pendidikan adalah salah satu barometer masyarakat dikatakan maju. Namun masih banyak masyarakat Indonesia yang pendidikanya rendah baik pendidikan agama, akhlak, dan ilmu pengetahuan lainya. Kendala terbesar untuk meningkatkan pendidikan adalah pada sumber daya manusia yang mengajarkan langka atau masalah keuangan baik dari individual masyarakat maupun untuk membangun sarana pendidikan.
Maka dari itu perlu gotong royong dari masyarakat berupa membangun sarana pendidikan, mensejahterakan pengajar, dan mendukung berjalannya pendidikan. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh satu atau dua orang saja akan tetapi dilakukan oleh masyarakat. Pendidikan yang bisa dilakukan adalah madrasah/TPA, sekolah dasar, pendirian perpustakaan, dll.
4.      Mengurangi pengangguran/menyediakan lapangan kerja
Dalam mengentaskan pengangguran tidak bisa hanya beberapa individu masyarakat. Diperlukan rasa kekeluargaan dalam mengentaskan pengangguran yaitu dengan memperkerjakan orang dengan memperioritaskan keluarga/masyarakat sekitar, mencarikan lowongan kerja keluarga/masyarakat ligkungan yang pengaguran, penyalur tenaga kerja, dan menciptakan usaha yang bisa mengentaskan pengaguran.
5.      Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
Masyarakat sangat mempunyai potensi untuk kaya, tetapi mayoritas masyarakat kurang memperdulikan penglolaan keuangan dan membaca potensi usaha. Maka dalam hal ini masyarakat perlu pengambangan skill masyarakat dalam meningkatkan produktivitas atau kinerja. Suatu contoh


0 komentar:

Posting Komentar